***Selamat Datang Di http://amazontarub.blogspot.com/..... AMAZON TARUB..... Warnet..... Copy Center..... Faxilime..... Komputer..... Digintal Printing..... Alat Tulis Kantor***

Monday, October 1, 2012

PROPOSAL SKRIPSI
















PERANAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL PESERTA
DIDIK KELAS VII DI SMP N 2 TARUB TAHUN
PELAJARAN 2010/2001



PROPOSAL SKRIPSI



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Sarjana Pendidikan



Disusun Oleh    :   WIDHA MAHARANI
NPM                  :   1108501101
Progdi               :   Bimbingan dan Konseling



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2011



PROPOSAL SKRIPSI


NAMA              :    WIDHA MAHARANI
NPM                 :    1108501101
PROGDI           :    BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS     :    KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JUDUL             :    PERANAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL PESERTA DIDIK KELAS VI DI SMP 2 TARUB TAHUN PELAJARAN 2010/2011

A.    Latar Belakang Masalah
Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia seutuhnya adalah pendidikan yang bermutu, yaitu pendidikan yang dalam penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh peningkatan profesionalisme dan sistem manajemen tenaga kependidikan yang handal serta pengembangan kemampuan peserta didik secara maksimal untuk menolong dirinya sendiri, khususnya dalam memilih dan mengambil keputusan dari tercapainya cita-cita.
Manusia Indonesia yang bermutu tidak hanya menyangkut aspek akademik, tetapi juga menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, belajar, karir, kematangan intelektual, dan sistem nilai peserta didik. Berkaitan dengan pemikiran tersebut tampak bahwa pendidikan yang bermutu di sekolah adalah pendidikan yang menghantarkan peserta didik pada pencapaian standart akademik yang diharapkan dan kondisi pengembangan diri yang sehat dan optimal.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Prayitno dan Erman Amti (2004 : 20) yang menyatakan bahwa :
Manusia Indonesia seutuhnya adalah mereka yang mampu menciptakan dan memperoleh kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya dan lingkungannya berkat pengembangan optimal segenap potensi yang ada pada dirinya (individual), seiring dengan pengembangan suasana kebersamaan dengan lingkungan sosialnya (kesosialan), sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku (kesusilaan) dan segala sesuatunya itu dikaitkan dengan pertanggung jawaban atas segenap aspek kehidupan didunia terhadap kehidupan diakhirat kelak kemudian hari (kegamaan).
Citra manusia seutuhnya adalah manusia yang benar-benar manusia, manusia dengan aku dan kediriannya yang matang, tangguh dan dinamis dengan kemampuan sosialnya yang luas dan bermasyarakat, tetapi menyejukkan dengan kesusilaannya yang tinggi, serta dengan keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mendalam.
Usia siswa SMP merupakan tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang ini, kebutuhan siswa telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Siswa telah mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya didalam keluarga. Siswa menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai kelompok umur. Dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua.
Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Seorang remaja dapat mengalami sikap hubungan sosial yang bersifat tertutup sehubungan dengan masalah yang dialami remaja. Keadaan atau peristiwa ini oleh Erik Erickson (dalam leftan, 1982 : 281) dinyatakan bahwa anak telah dapat mengalami krisis idenyiyas. Proses pembentukan identitas diri dan konsep diri seseorang adalah sesuatu yang kompleks. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana anak percaya tentang keberadaan dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari bagaimana orang lain percaya tentang keberadaan dirinya.
Sejauh mana pendidikan mampu memberikan pengertian bagaimana kehidupan manusia dalam berprilaku sosial. Namun bukan berarti sekolah hanya bertanggung jawab atas pendidikan intelektual namun juga pendidikan sosialnya, sebab sikap siswa harus mampu bersosialisasi dengan baik didalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Maka disekolah perlu adanya bimbingan sosial untuk meningkatkan potensi yang ada pada diri siswa terhadap perilaku sosial siswa. Sebab sebagai mahluk pribadi, siswa sebagai peserta didik disekolah diharapkan mampu menjadi dirinya sendiri, namun proses tersebut sangatlah panjang.
Menurut Prayitno (1997 : 64) bimbingan sosial dapat dirinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut : a) Pemantapan kemampuan berkomunikasi, baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif. b) Kemantapan kemampuan menerima pendapat serta beragumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif. c) Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan soail baik dirumah, disekolah, maupun dimasyarakat luas dengan menjunjung tinggi tata krama, disekolah lain, diluar sekolah, maupun masyarakat pada umumnya. e) Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab. f) Orientasi tentang hidup berkeluarga.
Oleh sebab itu maka peran guru harus mampu memberikan pengertian secara secara kontinue atau terus menerus kepada siswa bahwa perilaku sosial sangat dibutuhkan bagi siswa untuk mendapatkan pengalaman yang terarah yang diberikan oleh guru sebagai acuan untuk menentukan suatu keputusan dalam pemecahan. Dengan demikian maka siswa akan mampu mandiri dalam berperilaku dan bertindak dengan bimbingan dari konselor baik itu pendidik maupun orang tua maka diharapkan konseli atau siswa secara bertahap dan menerima bimbingan yang diberikan.
Dari uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peranan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Pengembangan Sikap Sosial Peserta Didik kelas VII di SMP N 2 Tarub tahun pelajaran 2010/2011.

B.     Definisi Operasional Variabel
1.      Bimbingan dan Konseling
a.      Pengertian Bimbingan
Pengertian bimbingan secara harfiah adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain kearah tujuan yang bermanfaat bagi kehidupannya dimasa kini dan mendatang.
Menurut Crow and Crow seperti dikutip oleh Koestoer Partowi Sastro (1997:12) secara singkat mengatakan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang agar memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki, mengenai dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa tergantung pada orang lain.
Adapun yang dimaksud dengan bimbingan disini adalah bimbingan terhadap siswa SMP N I Tarub agar dalam perkembangan menjadi lebih baik daripada sebelumnya dalam hal ini tentang sikap sosialnya.

b.      Pengertian Konseling
Konseling adalah proses bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor), kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno dan Erman, 2004 : 105)

2.      Pengembangan
Pengembangan adalah suatu keadaan yang menjadi lebih baik dari pada keadaan sebelumnya, dalam hal ini artinya tingkah sosial siswa yang sebelumnya tidak baik menjadi baik atau yang sudah baik menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.

3.      Sikap Sosial
Sikap adalah keteraturan dalam hal ini perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif) dan presdisposisi tindakan terhadap suatu aspek lingkungannta (Secard dan Bacham dalam Azwar, 1998:5).
Sosial adalah suatu keadaan dimana setiap orang tidak dapat berdiri sendiri. Sikap manusia memerlukan lingkungan dan senantiasa akan memerlukan lingkungan dan senantiasa akan memerlukan manusia lainnya. Dalam perkembangannya setiap orang akhirnya mengetahui bahwa manusia itu saling membantu dan dibantu, memberi dan diberi (Sri Sumarsih, 2006:6).
Jadi sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, yang berulang-ulang terhadap obyej sosial (Abu Ahmadi, 2002 : 163).

4.      Peserta Didik
Peserta didik adalah individu manusia yang secara sadar dan berkeinginan untuk mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan rohani) melalui proses kegiatan belajar mengajar yang tersedia pada jejang atau tingkat dan jenis pendidikan tertentu peserta didik dalam kegiatan pendidikan merupakan objek utama yang kepadanyalah segala yang berhubungan dengan aktifitas pendidikan.

5.      SMP Negeri 2 Tarub
SMP Negeri 2 Tarub adalah nama Sekolah Menengah tingkat pertama yang ada di Jl. Raya Bulakwaru Kec. Tarub Kab. Tegal.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dari judul skripsi ini adalah suatu layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan pada SMP Negeri 2 Tarub dalam pengembangan sikap sosial peserta didik.

C.    Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi alasan penulis mengangkat judul penelitian tersebut adalah berdasarkan pengamatan penulis terhadap tingkat sosial siswa dalam beberapa hal antara lain :
1.      Kurangnya kemampuan dalam bertingkah laku yang positif.
2.      Masih adanya siswa-siswi yang kurang mematuhi peraturan disekolah.
3.      Kurangnya kemampuan dalam beragumentasi.
4.      Masih adanya siswa yang kurang menggunakan tata krama didalam bergaul, baik dengan guru, karyawan maupun teman sebaya.

D.    Rumusan Masalah
Berfokus pada latar belakang masalah serta definisi operasional yang telah diuraikan dimuka dapat dirumuskan pokok permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian sebagai berikut.
1.      Bagaimana sikap sosial sebelum diberi layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 2 Tarub Kabupaten Tarub Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.      Bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam pengembangan sikap sosial di SMP Negeri 2 Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010/2011.
3.      Bagaimana efektifitas bimbingan dan konseling terhadap kecakapan sosial siswa kelas VII SMP 2 Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010/2011.





E.     Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui data empiris sehubunga dengan penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri 2 Tarub meliputi beberapa tujuan diantaranya :
1.      Untuk mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada siswa kelas VII SMP 2 Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.      Untuk mengetahui kecakapan sikap sosial siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010/2011.
3.      Ada mengetahui ada tidaknya pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap sikap sosial siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tarub Pelajaran 2010/2011.

F.     Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
1.      Manfaat Teoritis
Hasil dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan kajian ilmiah bagi pengembangan ilmu pendidikan bimbingan dan konseling khususnya yang menyangkut efektivitas layanan bimbingan dan konseling terhadap kecakapan sikap sosial siswa.
2.      Manfaat Praktis
a.      Siswa
Dapat dijadikan bahan acuan bagi siswa untuk meningkatkan sikap interkasi sosialnya disekolah maupun didalam masyarakat pada umumnya.
b.      Sekolah
Dapat dijadikan sebuah masukan sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan pelayanan pendidikan, guna mendidik anak didik bukan sekedar sebagai intelektual yang berhasil namun juga sebagai manusia sosial yang berhasil pula.

c.       Penulis
Dengan penelitian ini, penulis memahami dan mengetahui atau tidaknya pengaruh antara layanan bimbingan dan konseling dengan perubahan sikap sosial dalam berinteraksi baik disekolah dengan teman-teman dan guru maupun dalam masyarakat baik dengan orang tua / dengan tetangga.

G.    Landasan Teori
1.      Bimbingan dan Konseling
a.      Pengertian Bimbingan
Sukardi (2000:20) mengatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu : a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya, b) menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, c) mengambil keputusan, d) mengarahkan dan mewujudkan diri.
Prayitno (2004:99) mengatakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses/upaya pemberian bantuan kepada seseorang (siswa) atau beberapa orang individu agar dapat mengembangkan kemampuan yang ada untuk menemukan pribadi, dalam rangka mengenal lingkungannya sehingga dapat merencanakan masa depan atau mempersiapkan pendidikan dan karir sesuai dengan tuntutan lingkungannya serta menjadi pribadi-pribadi yang mandiri berdasarkan norma-norma yang berlaku.

b.      Pengertian Konseling
Defenisi kata konseling itu sendiri bermacam-macam, dari banyak ahli bimbingan mendefinisikan antara lain :
1)      Carl Roger, menyimpulkan konseling sama dengan pendekatan non directive yang disebut client contered counseling.
2)      Pietrofesa (1987) dalam bukunya The Authentic Counselor, mengemukakan secara singkat bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seseorang profesional untuk membantu orang lain dalam mencapai pemahaman untuk membantu orang lain dalam mencapai pemahaman dirinya (self understanding), membuat keputusan dan pemecahan masalah (Hartinah dkk, 2010:4).
3)      Walgito (2004:7) menyimpulkan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
4)      Stefflre dan grant menyusun pengertian yang cukup lengkap mengenai konseling ini. Kedua penulis ini menegaskan sebagai berikut :
Counseling denotes a professional relationship between an trained counselor with a clieny. This relationship is usually person to person, altought it may some times inoulve more than two people, and it is designed to help the client understand and clarify his designed to help the client undestand and clarify his view of his life space so that he may make meaningful and informes choices corsonant with his essential nature in those where choices are avaiable to him. This definitor indicates that counseling is a process, that is a relationship, that underlying better choices making are such matter is learning, personality development, and self knowledge which car be translated into better role perception and more affective role behavior (Gibson and Mitchell, 1981:261).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor melalui wawancara konseling untuk memecahkan masalah yang dialami oleh klien agar masalah dapat teratasi dengan mempertimbangkan norma-norma yang ada benar-benar sebagai usaha konseling dalam rangka membantu siswa yang bermasalah, yang dapat mengganggu pendidikannya sehingga terbebas dari masalahnya.

c.       Hakekat Bimbingan dan Konseling
Pengertian bimbingan dan konseling disekolah pada hakekatnya sebagai suatu aktivitas untuk menghindari dan atau mengatasi persoalan-persoalan didalam kehidupannya.
Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan lingkungannya jelas, mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja dan pemuda sebagian besar berada diluar sekolah, dan mengingat pula bahwa permasalahan yang dialami manusia tidak hanya terdapat disekolah, maka pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih luas diluar sekolah (Prayitno dan Erman.A, 2004:31)

d.      Tujuan Program Bimbingan dan Konseling
1)      Tujuan Umum
Untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
2)      Tujuan Khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu. Masalah-masalah inidvidu bermacam-macam ragam jenis, intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masing-masing bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula (Prayitno dan Erman. A (1004:114)

e.       Sasaran Bimbingan dan Konseling
Sasaran bimbingan dan konseling adalah individu. Individu, baik secara perorangan maupun kelompok, secara lebih khusus lagi yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan tingkah laku.

f.       Petugas Bimbingan dan Konseling
Petugas pembimbing disekolah dipegang oleh orang yang khusus didik menjadi konselor, jadi merupakan tenaga khusus yang ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan itu dengan tidak menjabat pekerjaan yang lain.
Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik Strata Satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan Program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara Program Pengadaan Tenaga Kependidikan yang terakreditasi.

2.      Sikap dan Sosial
Beberapa definisi tentang sikap (dalam Ahmadi, 2002:163)
L.L. Thurstone (1946) berpendapat bahwa sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan obyek psikologi.
Zimbardo dan Ebbesen mendefinisikan sikap adalah suatu presdisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-komponen cognitive, affective dan behavior.
D. Krech and RS. Crutchfield mendefinisikan sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, amosi, persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.
John H. Harvey dan William P. Smith mendefinisikan sebagai kesiapa merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Gerungan berpendapat bahwa pengertian Attitude dapat diterjemahkan dengan kata siap terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kedenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek tadi itu.
Sikap adalah keadaan tertentu pada diri inividu yang berupa pemikiran (kognisi), perasaan (efeksi) dan kecenderungan untuk bertindak (konasi) baik yang bersifat positif maupun negatif terhadap suatu objek dan berbentuk karena pengalaman-pengalaman individu dalam lingkungan sosial.
Penyesuaian sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya (Hurlock, 1978:287).




H.    Metodologi Penelitian
A.    Pendekatan Penelitian dan Desain
Pendekatan-pendekatan menurut pola-pola atau sifat penelitian ada lima, yaitu : 1) penelitian khusus, 2) penelitian kausal komparatif, 3) penelitian korelasi, 4) penelitian historis,dan 5) penelitian filosofis ( suharsini Arikunto, 2006:80)
Berdasarkan pendapat tersebut dalam penelitian ini adalah termasuk penelitian korelasi, yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan ada tidaknya hubungan atau pengaruh antara dua variabel atau lebih, didalam penelitian ini ada dua variabel / sedangkan berdasarkan sifatnya penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang cara memperoleh datanya didasarkan pada perhitungan angka-angka statistik.
Waktu penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yakni pada bulan Maret, April, dan Mei 2011.Adapun tempat penelitian adalah SMP Negeri 2 Tarub Kabupaten Tegal.

B.     Metode Penentuan Subjek Penelitian
1.      Populasi
Suharsini Arikunto memberikan keartian (2006:130) yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan Sutrisno Hadi (1999:220) berpendapat bahwa populasi dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit yang mempunyai sifat yang sama.
Dari kedua pendapat diatas maka penulis menyimpulkan bahwa pengertian populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang  mempunyai keterkaitan erat dengan objek penelitian. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A – VII E di SMP Negeri 2 Tarub Tahun Pelajaran 2010/2011 yang keseluruhannya berjumlah 186 anak.

2.      Sampel
Sebagaian dari populasi disebut sampel (Sutrisno Hadi, 1999:221) sampel adalah sejumlah objek yang jumlahnya kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai paling sedikit atau sifat yang sama, baik sifat kodrat maupun sifat pengkhususan. Sedangkan Arikuntoro (1998:117), mengatakan sampel adalah sebagain atau wakil populasi yang akan diteliti.
Jika subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih (Suharsimi Arikuntoro, 2006:234).
Dalam penelitian ini jumlah populasi adalah 185 siswa, sehingga untuk sampel penelitian 25% dari 186 siswa yang diperoleh sebanyak 46 siswa.

3.      Teknik Sampling
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proporsional random sampling, yaitu dengan mengambil tiap kelas dengan porporsi yang sama. Adapun perhitungan pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
a.       25%     x     kelas      VII A    (37 siswa)       =     9     siswa
b.      25%     x     kelas      VII B     (35 siswa)       =     8     siswa
c.       25%     x     kelas      VII C     (38 siswa)       =     10   siswa
d.      25%     x     kelas      VII E     (38 siswa)       =     9     siswa
e.       25%     x     kelas      VII E     (39 siswa)       =     10   siswa
                                               Jumlah            =     46   siswa
Alasan pengambilan sampel menggunakan Proporsional Random Sampling, karena dengan menggunakan teknik ini akan lebih efesien serta memberikan kesempatan yang sama besar kepada seluruh anggota populasi untuk dijadikan sampel tanpa membeda-bedakan.
Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 46 anak.

4.      Variabel Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ilmiah penetapan variabel penelitian suatu hal yang tidak apat dihindari dikarenakan sangat penting. Untuk selanjutnya variabel penelitian bisa tepat hingga memperlancar dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh penelitian.
Variabel menurut Suharsimi Arikuntoro (2006:118) adalah objek penelitian, atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian  sedangkan Sutrisno Hadi (dalam Suharsimi Arikuntoro 2006”116) menambahkan bahwa variabel adalah gejala yang bervariasi/ objek penelitian. Dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu : 1) Variabel terikat atau dependent variable (y) menggunakan indikator sikap sosial peserta didik, dan 2) Variabel bebas atau independent variable (x) adalah layanan bimbingan dan konseling.
Peyusunan definisi operasional ini perlu karena definisi operasional itu akan menunjukkan alat pengambil data mana yang cocok untuk digunakan. Menurut Sumadi Suryobrata (1992:76) mengatkan bahwa defenisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat suatu hal yang didefiniskan yang dapat diamati (diobservasi).

C.    Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini terdiri atas metode angket, metode observasi, metode intervew dan metode dokumentasi.


1.      Metode Angket Atau Kuesioner
Metode angket adalah suatu metode penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus disi oleh individu yang akan menjadi subjek penelitian, kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi atau responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Suharsini Arikunto, 2006 ; 151). Responden yang ada dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP Negeri 2 Tarub Kabupaten Tegal untuk mengetahui bagaimana pengaruh bimbingan dan konseling terhadap sikap sosialnya.
a.       Melakukan spesifikasi data dan sumbernya.
Angket bisa disusun setelah jelas mengenai sumber yang akan diidentifikasi dan ukuran respon yang akan diidentifikasi.
b.      Menyusun Kuesioner.
Penyusunan kuesioner haris  memperhatikan petunjuk dan ukuran penyusunan agar dapat dimengerti sehingga responden diharapkan mampu memberikan data yang diinginkan oleh sipembuat kuesioner.
c.       Uji Coba dan Revisi Angket.
Setelah disusun kemudian pengujian angket, dan apabila dalam evaluasi angket setelah diujikan banyak menyakini ketidakcocokan terhadap kehendak penyusun, maka revisi angket diperlukan guna memenuhi kriterian yang diinginkan peyususun.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam peyusunan angket, yaitu : 1) menggunakan bahasa yang sederhana sehingga subjek mengerti hal-hal tersebut sebagai keadaan yang bisa dijumpai dalam kehidupan. 2) Subjek tidak diwajibkan menulis sama, sehingga tidak perlu khawatir malu karena hal yang ada pada dirinya akan diketahui oleh orang lain, 3) Sebaiknya disediakan beberapa alternatif jawaban agar subjek dapat memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya sehingga tidak perlu merumuskan jawaban.
Penelitian siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Tarub Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 46 siswa, dengan menggunakan jenis angket langsung karena daftar pertanyaan akan ditulis oleh siswa atau akan didik itu sendiri. Sedangkan menurut bentuk. Bentuk pertanyaan Penulis menggunakan angket tertutup atau tipe pilihan. Responden atau siswa dalam menjawab kuesioner diberikan empat alternatif jawaban dan memberikan tanda silang (x) pada pilihannya. Untuk penentuan skor dalam item angket positif, selalu skornya 4, sering skornya 3, kadang-kadang skornya 2 dan tidak pernah skornya 1. sedangkan untuk item angket negatif, selalu skornya 1, sering skornya 2, kadang-kadang skornya 3 dan tidak pernah skornya 4.
Guna melengkapi angket dibutuhkan kisi-kisi angket / skala bimbingan sosial dan angket / skala perilaku siswa tersebut dapat dilihat tabel 1 dan 2 berikut ini :
                                            
                                             Tabel 1

                                             Tabel 2

2.      METODE INTERVIEW
Metode interview yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara bertanya langsung kepada responden, guru dan teman sebayanya di Sekolah atau pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang di kerjakan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan (Suharsini Arikunto, 2006:155) metode ini dipakai untuk mengadakan wawancara dengan guru dan orang tua murid mengenai kecenderungan sikap perilaku anak, serta kepada pihak yang mendukung.



3.      METODE OBSERVASI
Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2004:166) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi ini digunakan sebagai alat penelitian diamati adalah pergaulan siswa dan perilaku siswa di sekolah.

4.      METODE DOKUMENTASI
Metode dokumentasi menurut (Sugiyono, 2004:329) adalah mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, raport, leger, buku pribadi dan sebagainya.

Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, sedangkan instrumen penelitian adalah alat bantu fasilitas yang digunakan dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (Suharsini Arikunto, 1999:150)

1.   Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesakitan suatu instrumen (Suharsini Arikunto, 2006:168). Instrumen yang valid adalah instrumen yang dapat dijadikan untuk mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat.
Uji coba dilakukan pada anggota populasi yang bukan sampel, selanjunya dianalisis dengan rumus korelasi product moment angka kajar yaitu:
Keterangan :
N       :    Jumlah Subjek
Sx     :    Jumlah Skor Item
Sy     :    Jumlah Skor Total
Sxy   :    Jumlah perkalian antar skor item dengan skor total
Sx2    :    Jumlah skor item kuadrat
Sy2    :    Jumlah skor total kuadrat
rxy    :    Koefisien korelasi antara x dengan y
(Suharsini Arikunto, 2006:107)
Hasil perhitungan, selanjutnya dikonsultasikan pada r tabel dengan taraf signifikan 5%, jika rxy lebih besar dari r tabel, maka alat ukur tersebut dapat dikatakan valid.

2.   Uji Reliabilitas Instrumen
Alat ukur yang baik disamping harus memenuhi kriteria validitas juga harus memenuhi kriteria reliabilitas angket sebagai alat pengukur data dikatakan reliabel jika menunjukkan skor yang stabil dan konstan. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana ukur dapat dipercaya atau diandalkan (Suharsini Arikunto, 2006:178).
Menurut Suharsini Arikunto (2006:195), rumus alpha digunakan untuk mencari realibilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket pilihan ganda yang jawabannya lebih dari 2. oleh karena itu angket yang disusun dalam penelitian ini berskala 1 sampai dengan 4, maka digunakan rumus Aplha adapun rumus aplha yang digunakan adalah :


D.     
           


No comments:

Post a Comment