![](file:///C:\DOCUME~1\AMAZON~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.jpg)
PERANAN LAYANAN BIMBINGAN DAN
KONSELING DALAM PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL PESERTA
DIDIK KELAS VII DI SMP N 2 TARUB TAHUN
PELAJARAN 2010/2001
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu
Syarat Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Sarjana
Pendidikan
Disusun Oleh : WIDHA
MAHARANI
NPM : 1108501101
Progdi : Bimbingan
dan Konseling
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2011
PROPOSAL SKRIPSI
NAMA : WIDHA
MAHARANI
NPM : 1108501101
PROGDI : BIMBINGAN
DAN KONSELING
FAKULTAS : KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
JUDUL : PERANAN
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PENGEMBANGAN SIKAP SOSIAL PESERTA DIDIK
KELAS VI DI SMP 2 TARUB TAHUN PELAJARAN 2010/2011
A. Latar
Belakang Masalah
Pendukung utama bagi tercapainya
sasaran pembangunan manusia Indonesia seutuhnya adalah pendidikan yang bermutu,
yaitu pendidikan yang dalam penyelenggaraannya tidak cukup hanya dilakukan
melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh
peningkatan profesionalisme dan sistem manajemen tenaga kependidikan yang
handal serta pengembangan kemampuan peserta didik secara maksimal untuk
menolong dirinya sendiri, khususnya dalam memilih dan mengambil keputusan dari
tercapainya cita-cita.
Manusia Indonesia yang bermutu
tidak hanya menyangkut aspek akademik, tetapi juga menyangkut aspek
perkembangan pribadi, sosial, belajar, karir, kematangan intelektual, dan
sistem nilai peserta didik. Berkaitan dengan pemikiran tersebut tampak bahwa
pendidikan yang bermutu di sekolah adalah pendidikan yang menghantarkan peserta
didik pada pencapaian standart akademik yang diharapkan dan kondisi
pengembangan diri yang sehat dan optimal.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat
Prayitno dan Erman Amti (2004 : 20) yang menyatakan bahwa :
Manusia Indonesia seutuhnya adalah
mereka yang mampu menciptakan dan memperoleh kesenangan dan kebahagiaan bagi
dirinya dan lingkungannya berkat pengembangan optimal segenap potensi yang ada
pada dirinya (individual), seiring dengan pengembangan suasana kebersamaan
dengan lingkungan sosialnya (kesosialan), sesuai dengan aturan dan ketentuan
yang berlaku (kesusilaan) dan segala sesuatunya itu dikaitkan dengan
pertanggung jawaban atas segenap aspek kehidupan didunia terhadap kehidupan
diakhirat kelak kemudian hari (kegamaan).
Citra manusia seutuhnya adalah
manusia yang benar-benar manusia, manusia dengan aku dan kediriannya yang
matang, tangguh dan dinamis dengan kemampuan sosialnya yang luas dan
bermasyarakat, tetapi menyejukkan dengan kesusilaannya yang tinggi, serta
dengan keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang mendalam.
Usia siswa SMP merupakan tingkat
perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa. Pada jenjang
ini, kebutuhan siswa telah cukup kompleks, cakrawala interaksi sosial dan
pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungannya. Siswa telah mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma
pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya didalam keluarga.
Siswa menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan berbagai
kelompok umur. Dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan
kelompok orang tua.
Kehidupan sosial pada jenjang remaja
ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Seorang remaja
dapat mengalami sikap hubungan sosial yang bersifat tertutup sehubungan dengan
masalah yang dialami remaja. Keadaan atau peristiwa ini oleh Erik Erickson
(dalam leftan, 1982 : 281) dinyatakan bahwa anak telah dapat mengalami krisis
idenyiyas. Proses pembentukan identitas diri dan konsep diri seseorang adalah
sesuatu yang kompleks. Konsep diri anak tidak hanya terbentuk dari bagaimana
anak percaya tentang keberadaan dirinya sendiri, tetapi juga terbentuk dari
bagaimana orang lain percaya tentang keberadaan dirinya.
Sejauh mana pendidikan mampu
memberikan pengertian bagaimana kehidupan manusia dalam berprilaku sosial.
Namun bukan berarti sekolah hanya bertanggung jawab atas pendidikan intelektual
namun juga pendidikan sosialnya, sebab sikap siswa harus mampu bersosialisasi
dengan baik didalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Maka disekolah perlu adanya
bimbingan sosial untuk meningkatkan potensi yang ada pada diri siswa terhadap
perilaku sosial siswa. Sebab sebagai mahluk pribadi, siswa sebagai peserta
didik disekolah diharapkan mampu menjadi dirinya sendiri, namun proses tersebut
sangatlah panjang.
Menurut Prayitno (1997 : 64) bimbingan sosial dapat
dirinci menjadi pokok-pokok sebagai berikut : a) Pemantapan kemampuan
berkomunikasi, baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif. b)
Kemantapan kemampuan menerima pendapat serta beragumentasi secara dinamis,
kreatif dan produktif. c) Pemantapan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan
soail baik dirumah, disekolah, maupun dimasyarakat luas dengan menjunjung
tinggi tata krama, disekolah lain, diluar sekolah, maupun masyarakat pada
umumnya. e) Pemantapan pemahaman kondisi dan peraturan sekolah serta upaya
pelaksanaannya secara dinamis dan bertanggung jawab. f) Orientasi tentang hidup
berkeluarga.
Oleh sebab itu maka peran guru
harus mampu memberikan pengertian secara secara kontinue atau terus menerus
kepada siswa bahwa perilaku sosial sangat dibutuhkan bagi siswa untuk
mendapatkan pengalaman yang terarah yang diberikan oleh guru sebagai acuan
untuk menentukan suatu keputusan dalam pemecahan. Dengan demikian maka siswa
akan mampu mandiri dalam berperilaku dan bertindak dengan bimbingan dari
konselor baik itu pendidik maupun orang tua maka diharapkan konseli atau siswa
secara bertahap dan menerima bimbingan yang diberikan.
Dari uraian tersebut diatas penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Peranan Layanan Bimbingan
dan Konseling dalam Pengembangan Sikap Sosial Peserta Didik kelas VII di SMP N
2 Tarub tahun pelajaran 2010/2011.
B. Definisi
Operasional Variabel
1. Bimbingan
dan Konseling
a. Pengertian
Bimbingan
Pengertian bimbingan secara harfiah
adalah menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain kearah tujuan yang
bermanfaat bagi kehidupannya dimasa kini dan mendatang.
Menurut Crow and Crow seperti
dikutip oleh Koestoer Partowi Sastro (1997:12) secara singkat mengatakan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang agar memperkembangkan
potensi-potensi yang dimiliki, mengenai dirinya sendiri, mengatasi
persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara
bertanggung jawab tanpa tergantung pada orang lain.
Adapun yang dimaksud dengan
bimbingan disini adalah bimbingan terhadap siswa SMP N I Tarub agar dalam
perkembangan menjadi lebih baik daripada sebelumnya dalam hal ini tentang sikap
sosialnya.
b. Pengertian
Konseling
Konseling adalah proses bantuan
yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor),
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno dan Erman,
2004 : 105)
2. Pengembangan
Pengembangan
adalah suatu keadaan yang menjadi lebih baik dari pada keadaan sebelumnya,
dalam hal ini artinya tingkah sosial siswa yang sebelumnya tidak baik menjadi
baik atau yang sudah baik menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.
3. Sikap
Sosial
Sikap
adalah keteraturan dalam hal ini perasaan (afeksi), pemikiran (kognitif) dan
presdisposisi tindakan terhadap suatu aspek lingkungannta (Secard dan Bacham
dalam Azwar, 1998:5).
Sosial
adalah suatu keadaan dimana setiap orang tidak dapat berdiri sendiri. Sikap
manusia memerlukan lingkungan dan senantiasa akan memerlukan lingkungan dan
senantiasa akan memerlukan manusia lainnya. Dalam perkembangannya setiap orang
akhirnya mengetahui bahwa manusia itu saling membantu dan dibantu, memberi dan
diberi (Sri Sumarsih, 2006:6).
Jadi
sikap sosial adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata,
yang berulang-ulang terhadap obyej sosial (Abu Ahmadi, 2002 : 163).
4. Peserta
Didik
Peserta
didik adalah individu manusia yang secara sadar dan berkeinginan untuk
mengembangkan potensi dirinya (jasmani dan rohani) melalui proses kegiatan
belajar mengajar yang tersedia pada jejang atau tingkat dan jenis pendidikan
tertentu peserta didik dalam kegiatan pendidikan merupakan objek utama yang
kepadanyalah segala yang berhubungan dengan aktifitas pendidikan.
5. SMP
Negeri 2 Tarub
SMP
Negeri 2 Tarub adalah nama Sekolah Menengah tingkat pertama yang ada di Jl.
Raya Bulakwaru Kec. Tarub Kab. Tegal.
Berdasarkan
pengertian-pengertian diatas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dari
judul skripsi ini adalah suatu layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan
pada SMP Negeri 2 Tarub dalam pengembangan sikap sosial peserta didik.
C. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan uraian pada latar
belakang diatas, maka yang menjadi alasan penulis mengangkat judul penelitian
tersebut adalah berdasarkan pengamatan penulis terhadap tingkat sosial siswa
dalam beberapa hal antara lain :
1. Kurangnya
kemampuan dalam bertingkah laku yang positif.
2. Masih
adanya siswa-siswi yang kurang mematuhi peraturan disekolah.
3. Kurangnya
kemampuan dalam beragumentasi.
4. Masih
adanya siswa yang kurang menggunakan tata krama didalam bergaul, baik dengan
guru, karyawan maupun teman sebaya.
D. Rumusan
Masalah
Berfokus pada latar belakang
masalah serta definisi operasional yang telah diuraikan dimuka dapat dirumuskan
pokok permasalahan yang dapat dikemukakan dalam penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana
sikap sosial sebelum diberi layanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri 2
Tarub Kabupaten Tarub Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Bagaimana
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dalam pengembangan sikap sosial di
SMP Negeri 2 Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010/2011.
3. Bagaimana
efektifitas bimbingan dan konseling terhadap kecakapan sosial siswa kelas VII
SMP 2 Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010/2011.
E. Tujuan
Penelitian
Untuk mengetahui data empiris
sehubunga dengan penelitian yang penulis lakukan di SMP Negeri 2 Tarub meliputi
beberapa tujuan diantaranya :
1. Untuk
mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada
siswa kelas VII SMP 2 Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Untuk
mengetahui kecakapan sikap sosial siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tarub Kabupaten
Tegal Tahun Pelajaran 2010/2011.
3. Ada
mengetahui ada tidaknya pengaruh layanan bimbingan dan konseling terhadap sikap
sosial siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tarub Pelajaran 2010/2011.
F. Manfaat
Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat
diharapkan dari penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat
Teoritis
Hasil
dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan kajian ilmiah bagi pengembangan ilmu pendidikan bimbingan dan konseling
khususnya yang menyangkut efektivitas layanan bimbingan dan konseling terhadap
kecakapan sikap sosial siswa.
2. Manfaat
Praktis
a. Siswa
Dapat dijadikan bahan acuan bagi siswa untuk
meningkatkan sikap interkasi sosialnya disekolah maupun didalam masyarakat pada
umumnya.
b. Sekolah
Dapat dijadikan sebuah masukan sebagai bahan pertimbangan
dalam meningkatkan pelayanan pendidikan, guna mendidik anak didik bukan sekedar
sebagai intelektual yang berhasil namun juga sebagai manusia sosial yang
berhasil pula.
c. Penulis
Dengan penelitian ini, penulis memahami dan
mengetahui atau tidaknya pengaruh antara layanan bimbingan dan konseling dengan
perubahan sikap sosial dalam berinteraksi baik disekolah dengan teman-teman dan
guru maupun dalam masyarakat baik dengan orang tua / dengan tetangga.
G. Landasan
Teori
1. Bimbingan
dan Konseling
a. Pengertian
Bimbingan
Sukardi (2000:20) mengatakan bahwa “Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang (individu) atau sekelompok
orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.
Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh
pribadi mandiri, yaitu : a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya, b)
menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, c)
mengambil keputusan, d) mengarahkan dan mewujudkan diri.
Prayitno (2004:99) mengatakan bahwa bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang
atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang
yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan,
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa bimbingan adalah proses/upaya pemberian bantuan kepada
seseorang (siswa) atau beberapa orang individu agar dapat mengembangkan
kemampuan yang ada untuk menemukan pribadi, dalam rangka mengenal lingkungannya
sehingga dapat merencanakan masa depan atau mempersiapkan pendidikan dan karir
sesuai dengan tuntutan lingkungannya serta menjadi pribadi-pribadi yang mandiri
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
b. Pengertian
Konseling
Defenisi kata konseling itu sendiri
bermacam-macam, dari banyak ahli bimbingan mendefinisikan antara lain :
1) Carl
Roger, menyimpulkan konseling sama dengan pendekatan non directive yang disebut
client contered counseling.
2) Pietrofesa
(1987) dalam bukunya The Authentic Counselor, mengemukakan secara
singkat bahwa konseling adalah proses yang melibatkan seseorang profesional
untuk membantu orang lain dalam mencapai pemahaman untuk membantu orang lain
dalam mencapai pemahaman dirinya (self understanding), membuat keputusan
dan pemecahan masalah (Hartinah dkk, 2010:4).
3) Walgito
(2004:7) menyimpulkan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada
individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara
yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan
hidupnya.
4) Stefflre
dan grant menyusun pengertian yang cukup lengkap mengenai konseling ini. Kedua
penulis ini menegaskan sebagai berikut :
Counseling denotes a professional relationship
between an trained counselor with a clieny. This relationship is usually person
to person, altought it may some times inoulve more than two people, and it is
designed to help the client understand and clarify his designed to help the
client undestand and clarify his view of his life space so that he may make
meaningful and informes choices corsonant with his essential nature in those
where choices are avaiable to him. This definitor indicates that counseling is
a process, that is a relationship, that underlying better choices making are
such matter is learning, personality development, and self knowledge which car
be translated into better role perception and more affective role behavior
(Gibson and Mitchell, 1981:261).
Dari beberapa pendapat diatas dapat
disimpulkan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh
konselor melalui wawancara konseling untuk memecahkan masalah yang dialami oleh
klien agar masalah dapat teratasi dengan mempertimbangkan norma-norma yang ada
benar-benar sebagai usaha konseling dalam rangka membantu siswa yang
bermasalah, yang dapat mengganggu pendidikannya sehingga terbebas dari
masalahnya.
c. Hakekat
Bimbingan dan Konseling
Pengertian bimbingan dan konseling
disekolah pada hakekatnya sebagai suatu aktivitas untuk menghindari dan atau
mengatasi persoalan-persoalan didalam kehidupannya.
Pelayanan bimbingan dan konseling
disekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang tugas dan
lingkungannya jelas, mengingat bahwa sumber permasalahan anak-anak, remaja dan
pemuda sebagian besar berada diluar sekolah, dan mengingat pula bahwa
permasalahan yang dialami manusia tidak hanya terdapat disekolah, maka
pelayanan bimbingan dan konseling perlu menjangkau daerah-daerah yang lebih
luas diluar sekolah (Prayitno dan Erman.A, 2004:31)
d. Tujuan
Program Bimbingan dan Konseling
1) Tujuan
Umum
Untuk membantu individu memperkembangkan diri secara
optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya
(seperti kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada
(seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status sosial ekonomi), serta
sesuai dengan tuntutan positif lingkungannya.
2) Tujuan
Khusus
Tujuan khusus bimbingan dan konseling merupakan
penjabaran umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan
yang dialami oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas
permasalahannya itu. Masalah-masalah inidvidu bermacam-macam ragam jenis,
intensitas, dan sangkut-pautnya, serta masing-masing bersifat unik. Oleh karena
itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat
unik pula (Prayitno dan Erman. A (1004:114)
e. Sasaran
Bimbingan dan Konseling
Sasaran bimbingan dan konseling
adalah individu. Individu, baik secara perorangan maupun kelompok, secara lebih
khusus lagi yang menjadi sasaran pelayanan pada umumnya adalah perkembangan dan
perikehidupan individu, namun secara lebih nyata dan langsung adalah sikap dan
tingkah laku.
f. Petugas
Bimbingan dan Konseling
Petugas pembimbing disekolah
dipegang oleh orang yang khusus didik menjadi konselor, jadi merupakan tenaga
khusus yang ditugaskan untuk melaksanakan pekerjaan itu dengan tidak menjabat
pekerjaan yang lain.
Konselor adalah tenaga pendidik
profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik Strata Satu (S-1)
program studi Bimbingan dan Konseling dan Program Pendidikan Profesi Konselor
dari perguruan tinggi penyelenggara Program Pengadaan Tenaga Kependidikan yang
terakreditasi.
2. Sikap
dan Sosial
Beberapa definisi
tentang sikap (dalam Ahmadi, 2002:163)
L.L.
Thurstone (1946) berpendapat bahwa sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang
bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan obyek psikologi.
Zimbardo
dan Ebbesen mendefinisikan sikap adalah suatu presdisposisi (keadaan mudah
terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen-komponen cognitive,
affective dan behavior.
D.
Krech and RS. Crutchfield mendefinisikan sikap adalah organisasi yang tetap
dari proses motivasi, amosi, persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari
kehidupan individu.
John
H. Harvey dan William P. Smith mendefinisikan sebagai kesiapa merespon secara
konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Gerungan
berpendapat bahwa pengertian Attitude dapat diterjemahkan dengan kata siap
terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan atau sikap
perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kedenderungan untuk bertindak sesuai
dengan sikap terhadap obyek tadi itu.
Sikap
adalah keadaan tertentu pada diri inividu yang berupa pemikiran (kognisi),
perasaan (efeksi) dan kecenderungan untuk bertindak (konasi) baik yang bersifat
positif maupun negatif terhadap suatu objek dan berbentuk karena
pengalaman-pengalaman individu dalam lingkungan sosial.
Penyesuaian
sosial diartikan sebagai keberhasilan seseorang untuk menyesuaikan diri
terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompoknya pada khususnya
(Hurlock, 1978:287).
H. Metodologi
Penelitian
A. Pendekatan
Penelitian dan Desain
Pendekatan-pendekatan
menurut pola-pola atau sifat penelitian ada lima, yaitu : 1) penelitian khusus,
2) penelitian kausal komparatif, 3) penelitian korelasi, 4) penelitian
historis,dan 5) penelitian filosofis ( suharsini Arikunto, 2006:80)
Berdasarkan
pendapat tersebut dalam penelitian ini adalah termasuk penelitian korelasi,
yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan ada tidaknya hubungan atau
pengaruh antara dua variabel atau lebih, didalam penelitian ini ada dua
variabel / sedangkan berdasarkan sifatnya penelitian ini termasuk penelitian
kuantitatif, yaitu penelitian yang cara memperoleh datanya didasarkan pada
perhitungan angka-angka statistik.
Waktu
penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, yakni pada bulan Maret, April, dan Mei 2011.Adapun
tempat penelitian adalah SMP Negeri 2 Tarub Kabupaten Tegal.
B. Metode
Penentuan Subjek Penelitian
1. Populasi
Suharsini Arikunto memberikan
keartian (2006:130) yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Sedangkan Sutrisno Hadi (1999:220) berpendapat bahwa populasi
dibatasi sebagai sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit yang
mempunyai sifat yang sama.
Dari kedua pendapat diatas maka
penulis menyimpulkan bahwa pengertian populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian yang mempunyai keterkaitan
erat dengan objek penelitian. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII A – VII E di SMP Negeri 2 Tarub Tahun Pelajaran 2010/2011 yang
keseluruhannya berjumlah 186 anak.
2. Sampel
Sebagaian dari populasi disebut
sampel (Sutrisno Hadi, 1999:221) sampel adalah sejumlah objek yang jumlahnya
kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai paling sedikit atau sifat yang
sama, baik sifat kodrat maupun sifat pengkhususan. Sedangkan Arikuntoro
(1998:117), mengatakan sampel adalah sebagain atau wakil populasi yang akan
diteliti.
Jika subjeknya kurang dari 100,
lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%
atau lebih (Suharsimi Arikuntoro, 2006:234).
Dalam penelitian ini jumlah
populasi adalah 185 siswa, sehingga untuk sampel penelitian 25% dari 186 siswa
yang diperoleh sebanyak 46 siswa.
3. Teknik
Sampling
Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik proporsional random sampling, yaitu dengan mengambil tiap
kelas dengan porporsi yang sama. Adapun perhitungan pengambilan sampel adalah
sebagai berikut :
a. 25% x kelas VII A (37
siswa) = 9 siswa
b. 25% x kelas VII B (35
siswa) = 8 siswa
c. 25% x kelas VII C (38
siswa) = 10 siswa
d. 25% x kelas VII E (38
siswa) = 9 siswa
e. 25% x kelas VII E (39
siswa) = 10 siswa
Jumlah = 46 siswa
Alasan pengambilan sampel
menggunakan Proporsional Random Sampling, karena dengan menggunakan
teknik ini akan lebih efesien serta memberikan kesempatan yang sama besar
kepada seluruh anggota populasi untuk dijadikan sampel tanpa membeda-bedakan.
Dengan demikian sampel dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Tarub Kabupaten Tegal Tahun
Pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 46 anak.
4. Variabel
Penelitian
Pada pelaksanaan penelitian ilmiah
penetapan variabel penelitian suatu hal yang tidak apat dihindari dikarenakan
sangat penting. Untuk selanjutnya variabel penelitian bisa tepat hingga
memperlancar dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh penelitian.
Variabel menurut Suharsimi
Arikuntoro (2006:118) adalah objek penelitian, atau yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian sedangkan
Sutrisno Hadi (dalam Suharsimi Arikuntoro 2006”116) menambahkan bahwa variabel
adalah gejala yang bervariasi/ objek penelitian. Dalam penelitian ini ada dua
variabel, yaitu : 1) Variabel terikat atau dependent variable (y)
menggunakan indikator sikap sosial peserta didik, dan 2) Variabel bebas atau independent
variable (x) adalah layanan bimbingan dan konseling.
Peyusunan definisi operasional ini
perlu karena definisi operasional itu akan menunjukkan alat pengambil data mana
yang cocok untuk digunakan. Menurut Sumadi Suryobrata (1992:76) mengatkan bahwa
defenisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat suatu hal
yang didefiniskan yang dapat diamati (diobservasi).
C. Metode
Pengumpulan Data
Metode
yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini terdiri atas metode
angket, metode observasi, metode intervew dan metode dokumentasi.
1. Metode
Angket Atau Kuesioner
Metode angket adalah suatu metode
penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus disi oleh individu
yang akan menjadi subjek penelitian, kuesioner adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi atau responden dalam arti
laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Suharsini Arikunto,
2006 ; 151). Responden yang ada dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di
SMP Negeri 2 Tarub Kabupaten Tegal untuk mengetahui bagaimana pengaruh
bimbingan dan konseling terhadap sikap sosialnya.
a. Melakukan
spesifikasi data dan sumbernya.
Angket bisa disusun setelah jelas mengenai sumber
yang akan diidentifikasi dan ukuran respon yang akan diidentifikasi.
b. Menyusun
Kuesioner.
Penyusunan kuesioner haris memperhatikan petunjuk dan ukuran penyusunan
agar dapat dimengerti sehingga responden diharapkan mampu memberikan data yang
diinginkan oleh sipembuat kuesioner.
c. Uji
Coba dan Revisi Angket.
Setelah disusun kemudian pengujian angket, dan
apabila dalam evaluasi angket setelah diujikan banyak menyakini ketidakcocokan
terhadap kehendak penyusun, maka revisi angket diperlukan guna memenuhi
kriterian yang diinginkan peyususun.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam peyusunan angket, yaitu : 1) menggunakan
bahasa yang sederhana sehingga subjek mengerti hal-hal tersebut sebagai keadaan
yang bisa dijumpai dalam kehidupan. 2) Subjek tidak diwajibkan menulis sama,
sehingga tidak perlu khawatir malu karena hal yang ada pada dirinya akan
diketahui oleh orang lain, 3) Sebaiknya disediakan beberapa alternatif jawaban
agar subjek dapat memilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan
dirinya sehingga tidak perlu merumuskan jawaban.
Penelitian siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Tarub Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 46 siswa, dengan
menggunakan jenis angket langsung karena daftar pertanyaan akan ditulis oleh
siswa atau akan didik itu sendiri. Sedangkan menurut bentuk. Bentuk pertanyaan
Penulis menggunakan angket tertutup atau tipe pilihan. Responden atau siswa
dalam menjawab kuesioner diberikan empat alternatif jawaban dan memberikan
tanda silang (x) pada pilihannya. Untuk penentuan skor dalam item angket
positif, selalu skornya 4, sering skornya 3, kadang-kadang skornya 2 dan tidak
pernah skornya 1. sedangkan untuk item angket negatif, selalu skornya 1, sering
skornya 2, kadang-kadang skornya 3 dan tidak pernah skornya 4.
Guna melengkapi angket dibutuhkan
kisi-kisi angket / skala bimbingan sosial dan angket / skala perilaku siswa
tersebut dapat dilihat tabel 1 dan 2 berikut ini :
Tabel
1
Tabel
2
2. METODE
INTERVIEW
Metode interview yaitu metode yang
digunakan untuk mendapatkan data dengan cara bertanya langsung kepada
responden, guru dan teman sebayanya di Sekolah atau pengumpulan data dengan
jalan tanya jawab sepihak yang di kerjakan secara sistematik dan berlandaskan
pada tujuan penyelidikan (Suharsini Arikunto, 2006:155) metode ini dipakai
untuk mengadakan wawancara dengan guru dan orang tua murid mengenai
kecenderungan sikap perilaku anak, serta kepada pihak yang mendukung.
3. METODE
OBSERVASI
Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono,
2004:166) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Observasi
ini digunakan sebagai alat penelitian diamati adalah pergaulan siswa dan
perilaku siswa di sekolah.
4. METODE
DOKUMENTASI
Metode dokumentasi menurut
(Sugiyono, 2004:329) adalah mencari data mengenai hal-hal variabel yang berupa
catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, raport, leger,
buku pribadi dan sebagainya.
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, sedangkan instrumen penelitian
adalah alat bantu fasilitas yang digunakan dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik (Suharsini Arikunto, 1999:150)
1. Uji
Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesakitan suatu instrumen (Suharsini
Arikunto, 2006:168). Instrumen yang valid adalah instrumen yang dapat dijadikan
untuk mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat.
Uji coba dilakukan pada anggota
populasi yang bukan sampel, selanjunya dianalisis dengan rumus korelasi product
moment angka kajar yaitu:
![](file:///C:\DOCUME~1\AMAZON~1\LOCALS~1\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image002.gif)
Keterangan :
N : Jumlah
Subjek
Sx : Jumlah
Skor Item
Sy : Jumlah
Skor Total
Sxy : Jumlah
perkalian antar skor item dengan skor total
Sx2 : Jumlah
skor item kuadrat
Sy2 : Jumlah
skor total kuadrat
rxy : Koefisien
korelasi antara x dengan y
(Suharsini Arikunto, 2006:107)
Hasil perhitungan, selanjutnya
dikonsultasikan pada r tabel dengan taraf signifikan 5%, jika rxy lebih besar
dari r tabel, maka alat ukur tersebut dapat dikatakan valid.
2. Uji
Reliabilitas Instrumen
Alat ukur yang baik disamping harus
memenuhi kriteria validitas juga harus memenuhi kriteria reliabilitas angket
sebagai alat pengukur data dikatakan reliabel jika menunjukkan skor yang stabil
dan konstan. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana ukur dapat
dipercaya atau diandalkan (Suharsini Arikunto, 2006:178).
Menurut Suharsini Arikunto
(2006:195), rumus alpha digunakan untuk mencari realibilitas instrument yang
skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket pilihan ganda yang jawabannya lebih dari
2. oleh karena itu angket yang disusun dalam penelitian ini berskala 1 sampai
dengan 4, maka digunakan rumus Aplha adapun rumus aplha yang digunakan adalah :
D.
No comments:
Post a Comment